Minggu, 03 November 2019

BPJS Kesehatan merencanakan akan meningkatkan pungutan yang dilandasi oleh saran Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Rencana kenaikan pungutan ini dilandasi sebab lihat besarnya defisit yang dirasakan oleh BPJS Kesehatan di tahun 2018.



Kepala BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, menyebutkan faksi berkaitan sudah lihat kekuatan defisit 2019 dengan awalnya mempertimbangkan besaran pungutan yang ada sekarang. Jika semenjak awal tahun Januari 2019 kebijaksanaan kenaikan pungutan dikerjakan, defisit BPJS akan sekitar seputar 28 triliun.

"Tetapi kan diperjalanan, kebijaksanaan ini tidak gampang untuk kita implementasikan hingga prediksi seputar 32,8 triliun akan defisit diakhir tahun 2019. Jadi ini akumulasi jika kita tidak lakukan apa pun, ini kan benar-benar mencemaskan. Concern kami kan disana.

Pemicu defisit BPJS Kesehatan bermacam, diantaranya ketimpangan di antara ongkos pengeluaran kesehatan serta penghasilan pungutan yang dipandang begitu kecil. Diluar itu, belum maksimalnya pembangunan kesehatan di hulu atau aksi promotif jadi karena besarnya pembiayaan BPJS Kesehatan.

"Sampai kini kan penghasilan belum pernah memenuhi untuk pembiayaan. permasalahannya sebab besaran pungutan belum sesuai dengan. pungutan yang saat ini disatukan 100 % juga tidak akan cukup untuk tutup pembiayaan kesehatan," ucap Kepala Humas BPJS Kesehatan M Iqbal Anas Ma'ruf di peluang yang sama.

Tersebut pembiayaan kesehatan yang terbanyak makan ongkos BPJS Kesehatan per Agustus 2019

1. Jantung: Rp 7,7 triliun

2. Tidak berhasil ginjal: Rp 1,8 triliun

3. Kanker: Rp 2,7 triliun

4. Stroke: Rp 1,9 triliun

5. Thalassaemia: Rp 387 miliar

6. Hepatitis: Rp 245 miliar

7. Leukemia: Rp 283 miliar

8. Hemofilia: Rp 294 miliar.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts