Jumat, 30 Agustus 2019

Seseorang ibu yang viral tertangkap camera sebab menggerakkan anaknya keluar dari mobil jadi perhatian. Dia akui emosi sebab sang anak menampik pergi les, lalu bagaimanakah cara meredam emosi yang benar waktu beberapa anak mulai 'bandel'?



"Masya Allah ya, ibu-ibu punyai pekerjaan yang mengagumkan. Ibu ialah leader di dalam rumah, ibu itu jantungnya rumah. Ibu itu ialah sinar keluarga. Memang kita sendiri harus dapat memperhatikan kesehatan mental kita," kata Fajriari Maesyaroh, psikolog dari Yayasan Sahabatku waktu terlibat perbincangan dengan detikHealth, Jumat (29/3/2019).

Bagi beberapa ibu-ibu, meredam emosi pada anak bukan hal yang tidak mungkin. Fajri, panggilannya, menjelaskan waktu hadapi anak yang 'bandel', ada banyak hal yang perlu diingat oleh beberapa ibu, yaitu mengetahui emosi, time out, serta santai sebelum kembali hadapi anak.

"Jadi jika kita punyai emosi negatif, entahlah itu geram, susah, sedih, takut, terima saja dahulu. Terima, sadari, hayati. Berikan cap 'Oh saat ini saya sedang marah'," lanjut Fajri.

Waktu kita dapat mengetahui emosi kita sendiri, akan ada interval dimana kita mengerti hal itu. Seterusnya yang butuh dikerjakan ialah pikirkan langkah bagaimana mengalirkan emosi itu supaya tidak melukai, baik fisik atau batin dari beberapa anak.

Fajri menerangkan langkah seterusnya, yaitu time out yang bermakna kita masih berupaya asertif pada orang di seputar kita, baik itu anak, suami, tetangga, teman dekat, rekan. Waktu interval itu kita coba kerjakan pekerjaan yang membuat santai, dapat bergerak geser tempat, mandi dengan air hangat, atau tiduran sesaat.

"Agar saat otot kita santai, karena itu saraf akan kirim signal ke otak jika 'Oh telah santai nih'. Karena itu emosi akan surut. Jadi coba untuk rileksasi dengan berpikir, menyebutkan nama Tuhan, latihan napas, atau beberapa tehnik rileksasi yang lain," tambah ia.

Bila sudah semua dapat dikerjakan secara benar serta siap hadapi anak tanpa ada terpancing, baru beberapa orangtua dapat maju. Waktu emosi kita sedang berlebihan serta tidak konstan, karena itu dapat ditanggung beberapa kata atau aksi yang keluar tidak logis serta berefek tidak cuma pada orang dan juga diri kita.

"Sebab sesudah kita geram marah besar, kita ngamuk, umumnya kita akan menyesal kan. Sebab memang mungkin pancingan atau dorongan itu lah yang perlu kita pause dahulu. Kemudian telah akan tambah lebih rasional serta tambah lebih mengena pada anak daripada jika kita geram," tutup Fajri.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts